Suku
Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan
Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam.Pengkategorian atas
berbagai sistem kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian
berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.Dalam ungkapan
lain, istilah Islam Banjar setara dengan istilah-istilah berikut: Islam di
Tanah Banjar, Islam menurut pemahaman dan pengalaman masyarakat Banjar, Islam
yang berperan dalam masyarakat dan budaya Banjar, atau istilah-istilah lain
yang sejenis, tentunya dengan penekanan-penekanan tertentu yang bervariasi
antara istilah yang satu dengan lainnya.
Kepercayaan
yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius yang
dianut masyarakat Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam
bukanlah satu-satunya sistem upacara yang dilakukan.Keseluruhan kepercayaan
yang dianut orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan
menjadi tiga kategori.Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran
Islam.Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam.Kedua,
kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu,
yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya.Orang-orang Banjar pada waktu itu
hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat
tinggal dalam lingkungan, bubuhan pula.Kepercayaan demikian ini selalu disertai
dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan
sebagai aruh tahunan.Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan beragam
tafsiran dari masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin
adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan.Untuk kategori
pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua
kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.
Ø Sistem kekerabatan suku banjar
Sistem kekerabatan suku Banjar pada
umumnya adalah sama, untuk daerah seluruh Kalimantan Selatan. Suku Banjar
mendasarkan kekerabatan mereka menurut garis dari keturunan ayah dan garis
keturunan ibu atau bilateral.Tetapi di akui bahwa dalam hal-hal tertentu
terutama yang menyangkut masalah kematian, perkawinan yang menjadi wali asbah
adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga besar dan pengertian
keluarga besar, maka berlaku garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu,
keduanya diberlakukan sama.
Masyarakat suku Banjar mengenal
istilah Bubuhan, yang dimaksud dengan istilah bubuhan dalam masyarakat
Banjar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan kumpulan dari keluarga batih
yang merupakan satu kesatuan. Bubuhan ini yang menurut pengertian Sosiologi
adalah keluarga besar, yaitu yang terdiri dari dua keluarga batih atau lebih
yang masih mempunyai hubungan keturunan satu sama lain, baik menurut garis
keturunan ayah atau ibu. Keluarga bubuhan, yang disebut keluarga besar, tetapi
disebut pula keluarga luas.Dari perkawinan terbentuklah suatu kelompok
kekerabatan yang sering disebut keluarga inti atau keluarga batih.Satu keluarga
batih terdiri dari satu suami dan satu istri (atau lebih).Selama satu tahun
tersebut, keluarga batih baru ini diberi kesempatan untuk mengerjakan sawah
atau ladang sendiri dan orang tua istri, mereka selalu membantu kehidupan keluarga
baru ini.Tetapi kalau keluarga baru ini belum mempunyai kemampuan hidup
berpisah dari rumah keluarga istrinya, kecendrungan menetap dalam keluarga
istri ini disebut matrilokal atau uksorilokal.Kalau ikut di keluarga pihak
suami disebut patrilokal.Kalau mereka telah mempunyai kemampuan untuk hidup
sendiri dan berpisah dari orang tua (dari istri atau suami) disebut neolokal.sistem kekerabatan umumnya, masyarakat
Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga.
Skema di atas berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya.
Bagi
ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua
disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha,
saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut
Pakacil (paman) dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk
memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula
sebutan lainnya, yaitu:
• minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
• pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
• mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
• mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
• sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
• mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
• kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
• sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
• maruai (isteri sama isteri bersaudara)
• ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
• panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
• pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
• badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil
ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri.Sedangkan
untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian atau
andika, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.
Ø Sistem pencahariaan suku banjar
Orang Banjar dikenal dengan julukan
masyarakat air (`the water people') karena adanya pasar terapung, tempat
perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin,
ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
Sebagian besar mereka hidup bertani dan menangkap
ikan. Sekarang banyak pula yang bergerak dalam bidang perdagangan,
transportasi, pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan, atau menjadi
pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam dan membuat
kerajinan permata yang diwariskan secara turun temurun. Upacara-upacara adat
masih dipertahankan. Kekayaan alam dan kesuburan tanah tempat orang Banjar
ternyata tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini disebabkan
karena sarana dan prasarana transportasi (kondisi jalan dan angkutan) yang
terbatas menyebabkan produk pertanian dan non pertanian mereka sulit untuk
dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal juga mengurangi ruang gerak
mereka.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi
menjadi beberapa sub bidang yaitu:
1. Pertanian
Kehidupan
masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat kebanyakan
penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini, walaupun untuk
usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal
didataran rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah
dalam bertani sendiri, masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk
menyebutkannya seperti:
a. Khusus
dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti: Ladang Tegalan atau
Bahuma Gunung
Biasanya
dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti pengunungan
meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden
(berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan
nantinya dapat kembali ditanami apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin
memerlukan waktu yang relative lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka
nantinya tanah tersebut akan tetap diolah.
b. Khusus
dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:
Sawah
untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana pada
pertanian dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang ada
di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
1. Sawah
Tahun
Umur padinya sampai
berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tersebar didaerah
khusunya seluruh Kal-Sel.
2.
Bahuma Surung
Menanam
bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat musim
hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah
Tahun, hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
3.
Bahuma Rintak
Kebalikan
dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim penghujan,
sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
4.
Bahuma Gadabung
Sama
seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya
menyesuaikan dengan keadaan musim.Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi
mengingat musim yangb tidak menentu.
5.
Bahuma Penyambung
Mengingat
kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini agar
tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.
2. Berkebun
Berkebun
merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di dataran
tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha
jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar
diklasifikasikan menjadi:
1.
Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini
ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti sungai
Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya
untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk
makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha
bidang perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat
Kabupaten Tapin.
2. Kebun
nyiur
Merupakan
perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam diatas
tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah
yang dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
3. Kebun
pisang
Pengusahaan
Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan sawah.
4. Kebun
paring atau bamboo
Kebun
paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat
seperti hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai
bahan baku untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
5. Kebun
hanau atau enau
Jenis
pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan
sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan
salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.Dalam proses
penyadapan, orangnya harus naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira dan
diletakkan didalam bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk
menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes yang
terkandung) maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan
disaring untuk memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka
proses selanjutnya adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental,
untuk menghasilkan warana gula merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh
sebagian orang diberi parutan kemiri secukupnya. Maka proses terakhir adalah
penuangan sari kedalan cetakan khusus.
6. Kebun
karet
Hampir
diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat
pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang
mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten
Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk
perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil karet ini terdapat di daerah
Tanjung.
7. Kebun
lurus
Diusahakan
didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku
meubel.
8. Kebun
buah-buahan bermusim
Untuk
kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau
cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis
buah-buahan ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan.
3. Perikanan
1.
Perikanan darat
2.
Perikanan disungai besar
3.
Kumpai Paiwakan
Jenis
pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan
memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang
disatukan, dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada
media tersebut.
1.
Raba
Sama halnya dengan
kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon dan enceng
gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat memancing
dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
2.
Danau
Daerah
Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten
Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada
berbagai macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih
menggunakan alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
3.
Sungai paiwakan
Anak-anak
sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan
dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat musim
penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka dimaksudkan
agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
4.
Sumur paiwakan
Hampir
sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya
terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
5.
Pirungkang
6.
Perikanan laut
4. Peternakan
1.
Peternakan kerbau atau hadangan
(dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi)
2.
Peternakan sapi
3.
Peternakan itik
4.
Peternakan ayam rumah
5. Meramu
Kegiatan
meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
1.
Meramu galam
2.
Meramu kapur naga, papung, dan
balangiran.
3.
Meramu halayung dan sirang
4.
Meramu rotan
6. Kerajinan tangan
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di
Kalimantan Selatan antara lain:
1.
Penggosokan intan dan batu-batu alam
2.
Kerajinan dengan media daun-daunan
(misalnya daun rumbia)
3.
Kerajinan rotan
4.
Kerajinan jangkang
5.
Pertukangan rumah
6.
Tukang mas
7.
Kerajinan kuningan
8.
Pandai besi
9.
Kerajinan gerabah
10. Kerajinan
pembuatan kain tradisional
11. Kerajinan
pembuatan alat penangkap ikan
12. Pembuatan
anyaman purun
13. Kerajinan
sulam-menyulam dan membordir
14. Pembuatan
kue-kue tradisional
15. Kerajinan
anyaman bambu
7. Kegiatan perdagangan
Kegiatan
perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran
sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan
oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam
kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau
pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen
tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli
secara langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen).
Ø Sistem peralatan hidup suku banjar
1. Alat-alat produktif
Peralatan
yang digunakan antara lain:
ü Peralatan untuk bertani: parang
cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk merumput di sawah),parang Lantik
(untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon yang
besar),dan cangkul
ü Peralatan untuk rumah tangga :
Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup
besar),pisau,lading,kapak,dll.
2. Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan
bisa juga berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap
ikan,berburu di hutan,jerat perangkap,dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang
(tombak lima mata), tiruk (tombak panjang lurus untuk berburu ikan haruan atau
ikan gabus dan tomat disungai), pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha
( pisau bermata dua untuk berburu babi)
3. Makanan
Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk
membuat makanan tersebut mempunyai nilai lebih.Bagaimana cara
mengolah,memasak,dan menyajikannya juga harus diperhatikan.apalagi penggunaan
bumbu-bumbunya.salah satu hasil makanan orang Banjar yang terkenal adalah SOTO
BANJAR yang telah tuurun temurun menggunakan resep warisan leluhur mereka.
4.
Pakaian
dan Perhiasan
Untuk itu dalam pembuatannya diperlukan sistem teknologi yang tepat seperti
pembuatan kain sasirangan yang mengguanakan teknik cetak sehingga dihasilkan
kain yang bermotif sama,dalam pembuatan kain tenun juga dilakukan teknik tenun
halus.Perhiasan digunakan sebagai cedera mata, pelengkap dalam berbusana dan
menambah keanggunan seseorang.Masyarakat Banjar telah mengenal perhiasan sejak
dulu yaitu ada yang menggunakan lokan,kerang,batu hias,dan emas.
5.
Rumah
Orang Banjar mengenal sistem pembuatan rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan
material,merangkai kayu-kayu,dan menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang
mereka inginkan.dengan bahan utama adalah kayu ulin karena banyak terdapat di
sekitar mereka.Rumah yang dijadikan rumah adat adalah rumah bubungan tinggi/rumah
panggung karena bentuk
pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45º. Pada
mulanya bangunan rumah adat
Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi
empat yang memanjang
ke depan.
Namun perkembangannya kemudian bentuk
segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan
agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang.
Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi.
Bangunan tambahan di samping kiri dan
kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung
keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan
tersebut disebut juga anjung; sehingga
kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah
Ba-anjung.
6.
Alat-alat
Transportasi
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana
trasportasi sungai. Dari ke-8 sistem teknologi tersebut menandakan bahwa
masyarakat Banjar telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka
perlukan untuk mempermudah pekerjaan mereka
Ø Sistem bahasa suku banjar
Bahasa banjar adalah bahasa daerah
kalimantan selatan yang dipergunakan oleh suku banjar. Bahasa Banjar merupakan
anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu.Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai,
dan lain-lain. Beberapa kata-kata dalam bahasa banjar untuk kata ganti orang
berdasarkan tingkatannya:
·
(
halus ) Ulun = Saya ; ( Sam) Piyan/ ( an), dika = Kamu
·
(
netral / sepadan)Aku, diyaku = aku ; Ikam, kawu = kamu
·
(
agak kasar )Unda, sorang =aku ; Nyawa = kamu.
Kalau diperhatikan
pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya variasi-variasi
dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan
kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari
bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besaryaitu:
·
Bahasa
Banjar Hulu Sungai/Bahasa Banjar Hulu
·
Bahasa
Banjar Kuala
Ø Sistem keseniaan suku banjar
Masyarakat
Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik,
Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar.
Suku Banjar mengembangkan
seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal,
meliputi berbagai cabang seni. Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar
tampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transportasi,
tari, nyanyian, dan sebagainya.
1. Seni tari
Seni Tari
Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan
di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat.
Seni tari daerah Banjar
yang terkenal misalnya:
·
Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan
tamu agung.
·
Tari Baksa Panah
·
Tari Baksa Dadap
·
Tari Baksa Lilin
·
Tari Baksa Tameng
·
Tari Radap Rahayu
·
Tari Kuda Kepang
·
Tari Japin/Jepen
·
Tari Tirik Kuala
·
Tari Gandut
·
Tari Tirik
·
Tari Babujugan
·
Tari Jepen Lenggang Banua
·
Tari Japin Hadrah
·
Tari Tameng Cakrawati
·
Tari Alahai Sayang
2. Seni karawitan
a.
Gamelan banjar
-
Gamelan banjar tipe keratin
-
Gamelan banjar tipe rakyatan
3. Lagu daerah
Lagu daerah Banjar yang terkenal misalnya :
a. Seni ayaman
Seni anyaman
dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas
dan kopiah.
b.
Seni
lukisan kaca
Seni lukisan
kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam
dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya
sangat banyak diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora
dan fauna.
c. Seni tatah/ukir
Motif ukiran
juga diterapkan pada sasanggan yang terbuat
dari kuningan.
Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah
ukir Banjar seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah
babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu
diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian
perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda
kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, sasanggan, meriam kecil
dan sebagainya. Motif ukiran misalnya Pohon Hayat, pilin ganda,
swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif
Arabes dan Turki.
d. Pencak silat kuntau banjar
Pencak Silat
Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di Tanah
Banjar dan daerah perantauan suku
Rumah adat
Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah Rumah
Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja (keraton).
Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya
dalam masyarakat. Jenis-jenis rumah Banjar:
Miniatur jukung gundul suku Banjar
Jukung adalah
transportasi khas Kalimantan. Ciri khasnya
terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada
rongga batang kayubulat yang akan dibuat menjadi jukung. Jenis Jukung:
Ø Sistem pengetahuan suku banjar
Dalam setiap suku bangsa pasti
mempunyai sistem pengetahuan masing-masing begitu juga dengan suku banjar yang
ada di Kalimantan Selatan,dimana sistem pengetahuan ini di dapatkan dari
warisan turun-temurun nenek moyang suku Banjar itu sendiri maupun belajar dari
daerah lain .Sistem pengetahuan ini digunakan untuk menghadapi tantangan
kehidupan yang kompleks. Suku Banjar pada umumnya mempunyai pengetahuan
tentang:
1.Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
Pengetahuan suku banjar tentang alam
sekitar,yaitu pengetahuan mengenai musim-musim,dan gejala alam.Pengetahuan
tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk menentukan kapan musim tanam
bagi mereka yang bertani,sedangkan bagi yang bermata pencaharian melaut musim
digunakn untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk pergi melaut.
2.Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di daerahnya.
Pengetahuan tentang Flora ini
berfungsi untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar
mereka,tumbuh-tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan sayur serta
tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit dan tumbuh
tumbuhan yang digunakan untuk upacara keagamaan.
Pengetahuan tentang Fauna merupakan
pengetahuan mengenai binatang-binatang yang ada dan hidup di lingkungan alam
mereka.Bagi masyarakat yang suka berburu atau bermata pencaharian berburu pengetahuan
ini sangat penting karena untuk mengetahui binatang apa saja yang dapat diburu
serta mengetahui daerah buruan.Bagi masyarakat petani pengetahuan tentang fauna
ini juga sangat penting untuk menjaga tanaman mereka dari binatang yang dapat
merusaknya.Tetapi petani juga dapat mengetahui binatang yang dapat dipelihara
dan dimanfaatkan untuk menjaga tanaman mereka seperti Anjing yang dapat dilatih
untuk untuk menjaga tanaman petani dari gangguan binatang lain seperti Babi dan
Anjing juga bisa digunakan untuk berburu.
3.Pengetahuan tentang Pengobatan
Tradisional.
Pengetahuan tentang Pengobatan
Tradisional,pengobatan tradisional ini ada yang didapat dari keturunan yang di
wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar.Dalam pengobatan tradisional
ini bahan yang digunakan untuk obat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di
sekitar mereka.Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat ini hampir diketahui oleh
semua suku Banjar karena selalu digunakan untuk penyakit yang mereka
ketahui,penyebarannya pun lewat mulut ke mulut. Pengobatan Tradisional ini
penyembuhannya ada dengan tindakan jasmani dan ada dengan tindakan
rohani.Tindakan pengobatan secara jasmani ini yaitu tukang urut atau tukang
pijat,Bidan beranak/melahirkan,yang mana pengetahuan ini mereka dapat dari orang
tua atau keluarga karena faktor keturunan.
Pengobatan melalui tindakan
Rohan.Orang yang mempunyai pengetahuan ini terbagi dua yang pertama mereka yang
mempunyai pengetahuan agama yang luas,pengobatan ini menggunakan doa-doa atau
ayat-ayat dari Al Quran yang ditiupkan kedalam air dan air itu diminumkan atau
diusapkan ke muka si sakit.Kedua mereka yang mempunyai ilmu kebatinan dimana
keberadaannya dibenarkankan oleh masyarakat karena terbukti dari penyembuhan
penyakit yang mereka lakukan. Dengan pengetahuan tentang pengobatan tradisional
ini,masyarakat mempunyai pandangan terhadap jenis penyakit yang ada di sekitar
mereka.
4. Sistem pengetahuan tentang waktu
Nama bulan, hari dan penyebutan
waktu dalam sehari semalam yang di gunakan masyarakat Banjar,adalah mengadopsi
dari bahasa Arab.
5.Sistem ilmu pengetahuan
Ciri khas sistem ilmu pengetahuan
banjar, berkembangnya pendidikan tradisional, utamanya pendidikan agama islam
yang dikenal sebagai ‘pengajian’. Pelajaran yang di berikan oleh tuan guru
dalam pengajian adalah tauhid, fiqih danilmu tasawuf.